Other than the modification options provided by Owner (type, color, time zone, etc) User shall not alter, adjust, modify the code provided in anyway without the express written permission of Owner.
Other than the modification options provided by Owner (type, color, time zone, etc) User shall not alter, adjust, modify the code provided in anyway without the express written permission of Owner.

Pages

Rabu, 03 Juni 2015

Automatic procesing film

Hasil gambar untuk automatic processing film

Automatic Processing : cara pemrosesan film secara konvensional dengan alat yang dapat melakukan berbagai langkah pencucian film secara otomatis.
- Computer Radiology : suatu perangkat untuk pemrosesan radiograf yang menggunakan sistem komputerisasi
- Developer : cairan pembangkit bayangan foto rontgen
- Film terbakar : film rontgen tidak dapat merekam gambaran sinar-x lagi karena terekspos cahaya tampak.
- Fixer : cairan penetap bayangan foto rontgen
- Image Receptor : suatu alat yang berfungsi mengubah sinar-x menjadi bayangan radiograf (pembentuk bayangan).
- Kamar gelap : ruangan pemrosesan film, harus dalam keadaan gelap saat processing film.
- Processing Radiograph : suatu proses untuk menghasilkan radiograf
- Radiograf : Film Rontgen / gambaran radiografi
- Teleradiografi ; sistem pengiriman gambar radiografi dengan jarak jauh

sumber:
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid...id

Kesalahan dan artefak pada film radiografi

 Kesalahan Dan Artefak Pada Film Radiografi :
 .
  1.  Gambar yang terdistorsi - dari kesesuaian yang tidak tepat dari objek, tabung atau film.Vertikal – elongasi :angulasi vertikal terlalu kecil . Foreshortening  :angulasi vertikal terlalu besar. Horizontal : tumpang tindih - angulasi horisontal yang salah
  2. Tanda  Jari : dari penanganan yang tidak tepat dengan tangan;Tanda berwarna gelap (lucent) - developer pada jari-jari, fluoride  -  particularly stannous, Kotoran (lemak), Tanda berwarna terang (opaque) - fixer pada jari-jari
  3. Gambar kabur - dari gerakan dari film, pasien, atau tabung selama eksposi. Film  akan kabur.Gambar kabur - dari gerakan dari film, pasien, atau tabung selama eksposi. Film  akan kabur.
  4. Ketika film tertekuk dari belakang film ke arah depan dan menyebabkan garis-garis putih , biasanya di sudut dari film.
  5. Film terlihat gelap atau terang - kesalahan dalam salah satu dari
    mengendalikan faktor densitas atau jarak. Dengan tiga kesalahan eksposi  atau
    pengolahan, seluruh film akan terpengaruh.
  6. Film terlihat terang : mesin tidak diaktifkan, kerusakan mesinmenempatkan film di fixer sebelum larutan developerfilm tidak diekspos.
  7. Cone Cutting - berkas radiasi tidak mencakup film - kesesuaian yang tidak tepat [vertikal atau horisontal] / atau - sumbu panjang kerucut persegi panjang ditempatkan horizontal untuk film anterior atau sebaliknya, atau set-up instrumen tidak tepat
  8. Herring bone pattern / Tire Track (trek ban).
  9. Doubel eksposi - film yang sama terkena dua kali eksposi.Listrik statis - film dipaksa dibuka atau kelenturan yang berlebihan dari film.Terlihat lebih sering dalam keadan kering, lingkungan yang panas. Tanda hitam seperti "petir" tanda,Static Artifact disebabkan oleh electrical discharge (perpindahan arus listrik), biasanya dari jari kita menuju ke film. Artefact seperti ini biasanya mempunyai dua komponen, pertama, terdapat fog yang tak beraturan yang terlihat seperti radiasi yang keluar dari titik hitam sebagai asal dari artefak yang disebut dengan The initial discharge point. Hal ini merupakan penyebaran light fog dari cahaya yang berhubungan dengan percikan awal dari jari kita ke film. Yang kedua, terdapat perpindahan listrik statis (the discharge of static electricity) yang menyebabkan terjadinya gambaran yang bercabang dari titik awal perpindahan arus (the initial discharge point). Cara mencegahnya adalah, pegang sebuah benda yang terbuat dari besi/metal sebelum memindahkan film dari kaset, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya listrik statis karena memegang besi/metal sebagai sebuah upaya grounding. Frekuensi Static Artifact tergantung pada lantai kamar gelap dan jenis sepatu yang kita gunakan. Lantai yang terbuat dari keramik yang tidak menghantarkan listrik dengan baik akan menyebabkan terjadinya listrik statis, apalagi jika saat radiografer bertugas di kamar gelap, menggunakan sepatu yang alasnya tidak terbuat dari karet. 
  10. Garis hitam berbentuk Bulan sabit  : tekanan kuku pada film, film tertekuk berlebihan.
  11. Garis-garis putih berbentuk bulan sabit  - intensifying screen retak.
  12. Retikulasi - kontrak emulsi dengan waktu ketika mengalami besar perubahan yang besar [perbedaan minimal 15 derajat] dalam suhu antara solusi pengolahan yang berbeda.
  13. Underdeveloped /  film tampak terang, Perendaman film di developer  yang tidak cukup- gray levels-nya akan linier
  14. Film tumpang tindih selama pemrosesan - garis pada film, 
  15. Fixer di tangan radiografer - sidik jari yang jelas
  16. Film tidak terkena eksposi.
  17. Film tergores - Emulsi film selama selama pemrosesan akan soft. selama proses manual Kuku yang panjang bila tidak hati-hati akan menyebabkan goresan pada film yang masih basah atau pada saat pengeringan.
  18. Garis batas Hitam, Paket pengiriman yang basah atau bocor memungkinkan cahaya untuk masuk melalui celah  tepi paket film.Terkena cahaya di kamar gelap tapi film belum sempat ditutup (dari dus).
  19. Noda hitam - kotoran di mesin duplikasi ( tetesan developer akan menyebabkan noda gelap)
  20. Goresan / guratan- Tidak benar dalam menggantung Film,  Roller yang kotor, pemanasan/ pengeringan dalam prosesor otomatis tidak berfungsi.
  21. Spot Radiolusent : tetesan pengembang [gelap]bubuk dari sarung tanganbahan kimia developer tidak benar terlarut.
  22. Clear spot : gelembung udara menempel ke film selama pemrosesanFixer terpercik pada film sebelum developerKotoran di intensifying screen.
  23. Brown film. Film akan berwarna cokelat jika tidak terendam dalam larutan fixer atau bak pencuci. Juga dengan exhausted fixer solution dengan prosesing otomatis. Ketika radiograf pada awalnya diproses akan terlihat "normal".
  24. Kecil, bulat, tidak teratur, titik-titik gelap mirip dengan listrik statis - akibat bubuk dari sarung tangan.
  25. Film hitam  terkena cahaya. Hitam di satu sisi film - hands taken out of automatic processor too soon.
  26. Anting Telinga, cincin hidung, (logam) gigi palsu, kacamata dll semua akan menimbulkan artefak radiografi  dan harus dilepaskan sebelum dilakukan pemeriksaan radiografi .
  27. Gray film kehilangan detail: Film berkabut, Exhausted fixer, Tidak cukup waktu dalam larutan fixer.
sumber:caturrontgen.blogspot.com/2001/.../kesalahan-dan-artefak-pada-film.html

Teknik Kamar Gelap

Hasil gambar untuk KAMAR GELAP RADIOLOGIDalam proses radiografi processing room atau kamar gelap merupakan salah satu pendukung  penting dalam menunjang keberhasilan  pemotretan . Disebabkan karena dalam processing room dapat mengubah film dari bayangan laten kedalam bayangan tampak, Processing room disebut juga final proses akhir karena processing room merupakan rangkaian terakhir dalam proses radiografi. Pengertian Processing Room adalah suatu area dilakukan pengolahan film sebelum dan sesudah di expose (bayangan laten menjadi bayangan tetap)
Ø  Fungsi processing room,antara lain :
1.      Mengisi/mengosongkan kaset
2.      Memasukkan film kedalam processing automatic
3.      Penyimpanan film yang belum di expose
4.      Prosedur duplikasi atau substraksi
5.      Silver recovery

 
Ø  Interior Processing Room atau Kamar Gelap
1.      Bagian basah ( wet side ) , contoh : tangki prosessing
2.      Bagian kering ( dry side ) , contoh : meja,film box, dll .
Ø  Penerangan dalam Processing Room
1.      Penerangan Umum / General illumination :
- Lampu pijar
- Lampu neon
2.      Penerangan Khusus / Special Illumination :
-       Safe light : Sebagai pengontrol processing film
-       Type langsung : Cahaya saft light langsung mengenai area bekerja. Ditempatkan min 1,2 m dari permukaan tempat bekerja, merupakan type paling baik untuk loading dan unloading casset .
-       Type tidak langsung : Merupakan penerangan umum . Safe light diarahkan ke eternity sehingga yang digunakan adalah cahaya refleksi . Ditempatkan 2,1 m dari lantai .
3.      Vising box : untuk mengecek hasil film processing
4.      Lampu Indikator : yang dipasang didepan pintu kamar gelap .
Ø  Sarana dan prasarana yang harus terdapat pada kamar gelap :
1.      Meja kering : rak kaset, film hopper dan aksesoris lainnya .
2.      Meja basah : tangki processing
3.      Label printer ( pencetak indentifikasi pasien )
4.      Cassette Hatch , alat bantu transport kaset yang dipasang pada pembatas kamar gelap dan kamar pemeriksaan
5.      Film Hopper , tempat penyimpanan film yang belum terkena exspose
6.      Cupboard, tempat penyimpanan film dalam jumlah kecil untuk mengganti apabila persediaan film pada hopper habis.
7.      Penerangan
8.      Hanger film
9.      Tower dispenser untuk mengeringkan tangan
10.  Termometer
11.  Timer
12.  Manual processing
13.  Automatic procesing
Ø  Sirkulasi Air
Sirkulasi air dialam kamar gelap harus selalu mengalir supaya kebersihan air dalam kamar gelap terus terjaga kebersihannya dan pada film tidak menimbulkan artefak . Tujuan sirkulasi air adalah untuk membersihkan film dari sisa-sisa developer dan fixer, dengan demikian cairan yang terbawa air akan mengalir serta mendukung kualitas gambar yang baik .
Ø  Transpor Film
Fungsinya untuk transportasi film dari kamar gelap ke ruang pemeriksaan atau sebaliknya, sehingga membutuhkan peralatan seperti :
1.      Transfor film :
Cassette hatch terdiri dari 2 kotak , yaitu : Expose dan unexposed
2.      Ban berjalan

1.1.      Proses Pencucian dan Pengolahan Film
a.      Manual Processing
1.      Pembangkit (developer)
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Lamanya film dalam cairan pembangkitan tergantung dari kualitas cairan developer, bila cairan dalam keadaan baik (baru) waktu yang dibutuhkan relative singkat sesuai penglihatan radiographer, sebaliknya bila cairan developer dalam keadaan kurang baik (sering digunakan) waktu yang dibutuhkan akan lebih lama disbanding cairan baru. Pada umumnya teori tentang waktu pemrosesan pada developer adalah 4 menit.
2.      Pembilasan Pertama (rinsing)
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto hasil tidak memuaskan. Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air.
3.      Penetapan (fixing)
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film sehingga tidak ada perubahan pada bayangan foto,. Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.
4.      Pembilasan Akhir (washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.
5.      Pengeringan (drying)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.
b. Automatic processing
1.      Prinsip Kerja Alat
Fungsi dari pada APF adalah mencuci film hasil foto secara otomatis. Dengan proses mencuci film memakai cairan Develover, Fixer, dan air kemudian dikeringkan dengan elemen sehingga film lebih cepat kering.
2.  Cara Kerja Alat
Film yang sebelumya sudah melalui proses photo dengan menggunakan Xray, kemudian diproses pada ruang gelap. Pada ruang gelap proses pencucian film menggunakan alat yang dinamakan APF (Automatic Procesing Film). Pada alat ini pencucian film dilakukan dengan tiga cairan yaitu Fixer, Developer, dan air proses pencetaan film hanya membutuhkan waktu 3 menit kurang sehingga penggunaan waktu relative lebih efisien dibandingkan dengan cara manual. Pengoperasian cetak film pada mesin ini dibantu oleh motor yang berfungsi sebagai penggerak gigi(gear) yang kemudian memutarkan roll yang membawa film pada bak developer, fixer dan air.

sumber:farakadir.blogspot.com/2013/11/teknik-kamar-gelap_9.htm

Pembuatan larutan developer dan fixer

     Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a.       Alat
·         Ember
·         Gelas Ukur
·         Gayung
·         Masker
·         Sarung Tangan Karet
b.      Bahan
·         Air
·         5 Liter Cairan Developer untuk bentuk cair
·         5 Liter Cairan Fixer untuk bentuk cair
      Pendahuluan
Dalam suatu proses radiografi prosessing room atau kamar gelap merupakan salah satu pendukung yang penting dalam menunjang keberhasilan suatu proses pemotretan . Hal ini disebabkan karena processing room kita dapat mengubah film dari bayangan laten kedalam bayangan tampak. Processing room disebut juga final proses akhir karena processing room merupakan rangkaian yang terakhir dalam suatu proses radiografi . Pengertian Processing Room atau Kamar Gelap adalah suatu area atau tempat dilakukan pengolahan film sebelum dan sesudah di expose ( dari bayangan laten menjadi bayangan tetap ). Ada beberapa jenis prosesing diantaranya :
a.       Manual Prosessing
Manual Prosessing yakni  dalam prosesnya menggunakan tenaga manusia secara langsung melalui beberapa proses yaitu developing (pembangkitan), Rinsing (pembilasan), Fixing (penetapan), Washing (pencucian), Drying (pengeringan)
b.      Automatic Prosessing
Dalam prosessing automatic hampir sama dengan processing manual hanya perbedaannya pada prosesnya tidak mengalami proses rinsing ( pembilasan ), serta dalam proses ini  menggunakan tenaga mesin .


Hasil gambar untuk larutan developer dan fixer
Hasil gambar untuk larutan developer dan fixer










Dalam proses pengolahan film, baik yang secara Automatic ataupun secara Manual tetap membutuhkan beberapa bahan atau cairan kimia yang penggunanannya bertujuan untuk mengubah bayangan laten menjadi bayangan nyata. Adapun bahan-bahan kimia tersebut yakni cairan Devoloper dan cairan fixer. Di mana nantinya cairan developer ini akan mengubah kristal-kristal perak bromida yang terpapar sinar X dan mengandung atom-atom silver netral padlatent image sites menjadibutiran-butiran padat silver metalik (Gb C). sedangkan cairan fixer berfungsi untukmelarutkan kristal perak Bromida yang tidak terpapar sinar X dan tidaterprosesoleh developer, sehingga menyisakan butir-butir silver metalik padat saja. (Gb D)

Ket : a. Gambar C adalah film yang telah di masukkan kedalam cairan developer  
            sedangakan gambar d adalah film yang sebelumnya sudah di masukkan
            kedalam cairan devoloper kemudian dimasukkan lagi kedalam cairan fixer.
A.    Developing
Developing merupakan proses mengubah Kristal-kristal Silver Bromida yang terpapar oleh sinar-x dan mengandung atom-atom Silver Netral pada latent image sitesmenjadi butiran-butiran silver metalik, Proses developing dilakukan dengan cara memasukkan dan menggoncangkan film dalam larutan developer selama 5-10 detik, sampai terbentuk bayangan putih. Larutan developer inilah yang nantinya berfugsi membangkitkan bayangan latent menjadi bayangan nyata dengan cara mereduksi AgBr yang terkena sinar menjadi perak metalik. Menurut penggunannya, cairan developer di bagi menjadi 3 jenis yakni Developer untuk Manual Prosessing, Developer untuk Automatic Prosessing serta Developer untuk Rapid Prosessing ( untuk di Kamar Operasi) atau untuk film gigi. Suhu developer di harapkan pada suhu 18o-20C (Ball and Price 1990). Adapun penggunaan larutan developer dalam suhu dan waktu dapat dilihat dalam tabel berikut :
SUHU
WAKTU
Fahrenhed (F)
Celcius (C)
Menit
60

7
62

6
64

5.5
66

4.5
68
20
4
70

3.5
72

3
74

2.25
76

2.5

Dalam proses developer ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembangkitan, yakni suhu cairan, agitasi dan derajat kelemahan developer. Larutan developer memiliki beberapa kandungan yang ada di dalamnya, diantranya :
1.      Developing Agent
Developing agent Bersifat basa lemah dan Bahan-bahan yang dapat berfungsi developing agent/reducing agent adalah :
- Sodium hydrosulphite
            - Hydrogen peroxida
            - Forenal dehida

2.      Activator/Accelerator
Bahan pengaktif terhadap bahan pembangkit,  bahan ini digunakan karena developer hanya akan aktif pada pH basa saja. Bahan yang biasa digunakan adalah Na2Co(manual) karena sifatnya yang dapat bereaksi dengan air sehingga menghasilkan  Na2 OH sebagai cadangan, bentuk reaksinya
Na2 Co3 + H2O à NaHCO2 + NaOH
NaOH disini berfungsi untuk menetralisir asam sebagai hasil reaksi oleh bahan developer. Kemudian bahan yang selanjutnya adalah NaOH (automatic) Merupakan larutan basa kuat yang sangat mudah menarik CO2dari udara      Na 2CO 
NaOH + CO2 + H2O  
Maka harus disimpan dalam wadah tertutup rapat karena mudah rusak yang berakibat memperpendek umur larutan developer.

3.      Preservative (Antioxidant)
Biasanya berupa Sodium Sulfite/Natrium Sulfite yang berfungsi untuk mengurangi atau menangkal pengaruh oksidasi dari udara terhadap bahan pembangkit dan Membentuk bahan pereduksi baru.
4.      Restrainer
Biasanya dari Potassium Bromide yang berfungsi untuk memperthankan Kristal-kristal siver halide yang tidak terpapar oleh sinar-X dari proses developing.

B.     Rinsing
Rinsing merupakan proses pembilasan dengan menggunakan air mengalir selama 20–30 detik yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan developer, menghilangkan activator alkali serta mencegah netralisasi asam fixer. Proses rinsing di lakukan secara manual tetapi tidak dilaksanakan pada proses otomatis (aoutomatic). Terdapat dua cara rinsing yaitu dengan :
1.      Plain rinse bath ( dengan air , sebaiknya dengan air mengalir, jika dengan air diam harus sering diganti karena sudah banyak mengandung larutan developer dan itu akan menghambat proses penghilangan sisa cairan developer.
2.      Acid Stop Bath ( dengan larutan asam asetat 3% ).

C.     Fixing
Proses fising di lakukan bertujuan untuk melarutkan dan menghilangkan kristal silver halide dari emulsi film, Menghentikan proses pembangkitan sehingga tidak ada lagi proses perubahan bayangan pada film serta Menyamak emulsi agar tidak mudah rusak. Proses fixing dilakukan dengan cara memasukkan film dalam larutan fixer selama 10 menit dan menggoncangkan film setiap 5-30 detik untuk mencegah terbentuknya gelembung udara sampai terbentuk bayangan gigi dan jaringan sekitarnya. Dalam proses fixing ada eberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas fixer yakni kandungan larutan fixer, suhu fixer dan waktu fixer. Larutan fixer memiliki beberapa kandungan di dalamnya, diantanya :
1.      Clearing Agent
Mengubah atau melarutkan butiran Kristal perak bromide (AgBr) yang tidak terekspose pada saat penyinaran menjadi komponen yang larut dalam air. Adapun sifat bahannya adalah Bereaksi dengan perak halogen dan membentuk komponen yang larut dalam air, tidak merusak gelatin serta tidak memberi pengaruh/efek terhadap gas yang terbentuk. Bahan yang biasa digunakan seperti Ammonium thiosulfate (NH4)2 S2 Oserta Sodium Thiosulfat Na2S2O3 .

2.      Acidifier
pH asam diperlukan untuk memungkinkan difusi thiosulfate kedalam emulsi film dan kompleks silver thiosulfate keluar dari emulsi film. Kondisi larutan fixer yang asam akan meng-inaktifasi developing agent yang terbawa dalam emulsi film.

3.      Preservative
Meskipun bahan yang digunakan sebagai accelerator adalah acid lemah namun tetap terjadi decomposisi hypo dan penglepasan unsur S, untuk mencegah digunakannya unsur sulfit sebagai stabilisator.  Pada fixer untuk stabilisator /preservative adalah pasangan  acetic acid dan selfit sebagai alternatif sering digunakan bahan yang dapat berfungsi keduanya.  Sebagai acidifisasi dan stabilisator  yaitu Sodium Meta Sulfit (NaHSO3) dan Potassium Meta Sulfit (KHSO3)

4.      Hardener
Berfungsi untuk mengeraskan emulsi yang mengalami pembengkakan. Bahan-bahanya :
·         Chrom potassium alum Sangat efektif pada larutan yang masih segar, aksi penyamakan cepat turun meskipun fikser tidak digunakan, bekerja efektif dibawah pH 4,7 yaitu 3,5-4,7.  Cocok digunakan untuk fikser  yang siap pakai.
·         Potassium allum Tahan lama, bekerja efektif pada pH 4,5-4,9 dan masih aktif pada pH 5,5 Jika digunakan nilai pH 5,5 dapat terjadi endapan aluminium hydroksida dengan potassium alum yang kelihatan putih pada film
·         Aluminium chloride Daya penyamaknya sangat singkat Biasanya di kombinasikan dengan ammonium thiosulfate.

D.    Washing
Merupakan proses pencucian film dengan air sampai bau asam dari larutan fixer menghilang Tujuannya yakni menghilangkan bahan – bahan kimia selama proses fixing, antara lain Argento thiosulfat, sisa-sisa sodium thiosulfat dan bahan lain yang semuanya mudah larut di air. Sebaiknya dengan air mengalir dengan suhu tidak melebihi 25 ºC. Jika lebih akan merusak gelatin. Waktu ideal 10 menit di air mengalir (Jenkins, 1980), waktu yang terlau singkat menyebabkan masih banyak sisa-cairan kimia yang terbawa di film menyebabkan fim mudah rusak. Proses washing yang tidak baik dapat menyebabkan discolorisasi dan menyebabkan stains (kotoran/noda) pada film yang dapan mengurangi keakuratan informasi diagnostik.

E.     Drying
Tujuan di lakukannya proses drying yakni Agar mudah dibawa dan disimpan, mengurangi kandungan air dalam film. Hal ini akan membuat emulsi lebih kuat dan mudah untuk dipegang serta menjaga visualisasi Image dengan cara membatasi efek radiasi dan refleksi yang disebabkan adanya air yang ada dipermukaan emulsi. suhu pengeringan sebaiknya 30º-40º C dengan kelembaban yang rendah yakni 60%.

F.      Viewing
Tahap akhir adalah viewing, dengan menggunakan illuminator (viewing box). Hasil akhir dalam bentuk negatif image.

      Metode
A.    Pembuatan larutan developer yang cair melalui beberapa langkah, diantaranya :
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Gunakan masker dan sarung tangan karet terlebih dahulu untuk keselamatan
3.      Isilah tangki developer dengan air sebanyak 20 liter
4.      Masukkan 5 liter cairan developer kedalam air yang sudah di isi ditangki developer, aduk hingga merata dan kemudian warnanya akan berubah
B.     Pembuatan larutan developer yang bubuk melalui beberapa langkah, diantaranya :
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Gunakan masker dan sarung tangan karet terlebih dahulu untuk keselamatan
3.      Siapkan air dengan suhu 50º sebanyak 75% bagian tanki developer
4.      masukkan bahan Reducing agent aduk sampai semua bahan larut
5.      masukkan bahan lainnya aduk rata, masukkan air sampai tanki penuh
C.     pembuatan larutan fixer yang cair melalui beberapa langkah, diantaranya :
1.      siapkan alat dan bahan
2.      gunakan masker dan sarung tangan karet terlebih dahulu untuk keselamatan
3.      isilah tangki fixer dengan air sebanyak 20 liter
4.      masukkan 5 liter cairan fixer kedalam air yang sudah diisi di tangki fixer, aduk hingga merata, namun cairan fixer ini tidak akan mengalami perubahan warna.
D.    Pembuatan larutan fixer yang bubuk melalui beberapa langkah, diantaranya :
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Gunakan masker dan sarung tangan karet terlebih dahulu untuk keselamatan      
 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum pembuatan larutan developer dan fixer ini adalah :
1.      Larutan developer bersifat basa , sedangkan larutan fixer bersifat asam.
2.      Larutan developer berwarna , sedangkan larutan fixer bening.
3.      Larutan developer berbau basa karena itu menunjukan sifat larutannya, sedangkan larutan fixer berbau asam karena itu menunjukkan sifat larutannya.
4.      Larutan developer saat disentuh oleh tangan terasa licin akan lebih terasa licin lagi apabila dicelupkan ke dalam air, sedangkan larutan fixer saat disentuh oleh tangan terasa kesat.
5.      Larutan developer dapat menghitamkan film (radio opac), sedankan larutan fixer dapat melarutkan AgBr yang tidak terkena eksposi sehingga menjadi radio loosen.

sumber:nazrilirhas.blogspot.com/.../pembuatan-larutan-developer-dan-fixer.html